Tuesday, 8 September 2015

CERPEN REMAJA (2015)

HIGHSCHOOLER’S LOVELIFE

Namaku Dean, aku bersekolah di SMA Zero, umurku 17 tahun, aku suka menggambar dan aku adalah seorang gamer. Selama aku SMA, aku selalu menghabiskan waktuku hanya untuk diriku sendiri, mulai dari bermain game, menggambar, belajar dan nonton TV. Aku juga tidak memiliki banyak teman, aku bukan orang yang aktif, aku lebih suka sesuatu yang tidak merepotkan.

            9 Oktober 2015, hari itu adalah hari dimana semua itu berubah. Hari dimana aku bertemu dengannya, hari dimana aku dipilih untuk menjadi ketua dari suatu kelompok belajar disekolahku. 1 kelompok terdiri atas 10 orang termasuk denganku. "Namaku Mary, umurku 17 tahun", katanya saat memperkenalkan diri.

            Saat itu aku aku hanya melihatnya sebagai teman belajar. Seiring berjalannya waktu kami semua selalu belajar bersama-sama dan bersenang-senang bersama. Suatu hari, entah kenapa, Mary tiba-tiba saja menghampiriku dengan wajah yang muram.

            "Dean, boleh tanya?", katanya dengan wajah sedih. "Io boleh, memangnya mau tanya apa?", balasku. "Tapi kamu janji jangan beritahu siapa-siapa ya", ungkap Mary. "Aku janji", kataku sambil tersenyum. Mary pun menceritakan tentang masalah yang dialaminya, dan ternyata Mary sedang bertengkar dengan pacarnya, Leon. Akupun baru mengetahui bahwa Mary sudah berpacaran.

            "Sudahlah, mungkin dia sedang banyak masalah atau mungkin lagi banyak pikiran, jadinya begitu", kataku meyakinkan. "Tapi, dia jadi tidak peduli lagi denganku akhir-akhir ini, dia lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya, tapi sebenarnya yang membuatku cemburu adalah, saat Leon mulai dekat dengan Lisa", ucap Mary. "Benarkah? Tapi mungkin Leon hanya menganggap Lisa sebagai temannya, tidak lebih. Kamu harus optimis", kataku meyakinkan Mary lagi. "Oh iya sih, betul juga, by the way, makasih ya, karena sudah menghiburku" ucap Mary sambil tersenyum.

            Keesokan harinya, saat belajar bersama, tampaknya wajah Mary menjadi lebih muram dari kemarin. Setelah belajar, teman-teman yang lain pulang, tetapi Mary masih terduduk sendiri dengan wajah sedihnya.Aku pun menghampirinya dan bertanya, “Belum pulang? By the way, kenapa keliatannya kau jadi lebih sedih dari kemarin?”

            Seketika air matanya pun mengalir deras, tak sanggup berkata apa-apa, hanya menangis, menangis dan menangis. Aku pun berusaha untuk bisa menghiburnya, “Leon… dia memutuskanku” ucap Mary terisak. “Apa?….”, balasku kaget. “Kalau memang dia memutuskanmu, dugaanmu yang kemarin bisa saja benar,tega-teganya Leon melakukannya” tambahku.
           
            “Kalo begitu, kamu pulang saja dulu, nanti orang tuamu cari”. “….Oh iya… makasih ya sudah menghiburku, kalau begitu aku pulang dulu”, ucap Mary. Setelah pulang, aku dan Mary pun akhirnya ngobrol lewat BBM. Sejak hari itu, aku dan Mary menjadi sering ngobrol, baik itu di BBM maupun di sekolah. Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, hubunganku dengan Mary menjadi semakin dekat.

            Sering ngobrol dengan Mary membuatku mulai menyukainya, dan rasa itu bertumbuh semakin besar, namun aku hanya memendam perasaan itu didalam hatiku. Perhatian, dan senyumannya membuatku mulai jatuh cinta padanya. Tak terasa sudah 5 bulan sejak aku dekat dengan Mary, dan hari itupun tiba. Hari dimana tiba-tiba aku melihat satu huruf di status BBM Mary. "D" itulah huruf yang membuatku terkejut dan penasaran.

            Aku pun langsung mencari informasi mengenai si "D" ini, aku menggunakan segala sesuata untuk bisa mengetahui siapa si "D" ini. Dan ternyata, si "D" bernama Dan, ia bersekolah di SMA Charia. Keesokan harinya, aku memberanikan diri untuk bertanya, "Halo Mary...", sapaku. "Iya halo juga Dean", balas Mary tersenyum manis. "Ciee....siapa tuh ‘D’?” tanyaku. "Mmm....gimana ya", jawabnya malu-malu. "Kau menyukainya kan?", kataku sambil tertawa. "Mmm.....mungkin bisa dibilang begitu...haahaha", ucap Mary sambil tertawa. Saat itu juga hatiku hancur, karena ternyata, yang ku pikirkan selama ini salah, aku pikir Mary menyukaiku, tapi ternyata Mary menyukai pria lain. Hal itu membuat pikiranku menjadi sangat kacau, aku menjadi tidak konsentrasi belajar, dan akhirnya nilaiku pun anjlok.

            12 Maret 2016, kebetulan semua orang sudah pulang dari sekolah, hanya tersisa aku dan Mary. Aku pun memberanikan diri untuk mengatakan yang sebenarnya pada Mary, "Mary...sorry". "Sorry kenapa?", "Sorry.....selama ini aku sudah bohong, aku minta maaf, karena...sebenarnya aku menyukaimu". Seketika suasana menjadi dingin, Mary tidak berkata sepatah katapun saat itu. Beberapa menit kemudian, "......makasih ya Dean, selama ini kau sudah menemaniku, mendengarkan curhatku, dan memotivasi diriku untuk menjadi orang yang lebih baik, tapi aku juga mau minta maaf karena aku tidak bisa membalas perasaanmu", ucap Mary sambil tersenyum kecil. "Apakah kita masih bisa berteman?", tanyaku. "Tentu saja bisa, aku akan tetap jadi temanmu", jawab Mary sambil tertawa. Tak lama setelah itu, Mary pun dijemput dan pulang.

            Mungkin yang Mary katakan seperti itu, tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Sejak hari itu, Mary mulai menghindariku, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang. Setelah menghindariku, tidak kusangka, Mary juga menghapusku dari BBM nya. Akhirnya aku menjadi depresi karena hal itu, dan puncaknya aku pun jatuh sakit. Empat bulan telah berlalu, dan aku masih tidak bisa menghapus bayangan dirinya dari pikiranku

            24 Juli 2016, hari itu adalah hari biasa, segala sesuatu berjalan seperti biasa. Namun, saat pulang sekolah, aku merasakan sesuatu yang aneh, "Sepertinya, aku pernah merasakan suasana seperti ini", ucapku dalam hati. Sudah tidak ada orang lagi disekolah, tapi tiba-tiba aku melihat sesosok wanita yang tidak asing lagi dimataku, Mary. Hari ini sama persis seperti hari itu, hari dimana semuanya berubah menjadi dingin, dan hampa tanpa dirinya. Setelah sekian lama, akhirnya aku memberanikan diriku "lagi".

            "Halo Mary...", sapaku dengan wajah malu-malu. "....Oh halo juga Dean.....", balas Mary. "Sudah lama sekali ya....", "......sorry....maafkan aku...", kata Mary. Seketika, air mata Mary mengalir, dan Mary pun menangis. Aku tak tahu apa yang Mary pikirkan sehingga membuatnya menangis tersedu-sedu. "Harusnya, sebagai sahabatmu, aku tidak boleh menghilangkan kepercayaanmu padaku, tapi....aku sudah mengkhianatainya... Seharusnya aku yang minta maaf", kataku dengan wajah sedih. ".....sudahlah....berhentilah menyalahkan dirimu, karena tidak seharusnya aku bersikap seperti itu padamu, maafkan aku...aku sudah terlalu jahat padamu", ucap Mary sambil menghapus air matanya. "Tak apa-apa....aku memaafkanmu kok, jadi sekarang kita baikan? Hahahaah", kataku ingin menghibur Mary. "Iyaa, aku janji aku tidak akan menghindarimu lagi, kita baikan haha", balas Mary tertawa kecil.
Hari itu tidak bisa dikatakan sebagai hari yang indah, tidak juga dikatakan sebagai hari yang buruk. Aku senang, bisa melihatnya tersenyum lagi padaku, meskipun aku tahu bahwa hubunganku dengan Mary tidak bisa seperti dulu lagi, tapi selama aku masih bisa berteman dengannya, dan selama Mary bahagia, aku juga bahagia.



AbedTh

No comments:

Post a Comment