Tuesday, 8 September 2015

CERPEN PENGALAMAN PRIBADI

PENAMPAKAN DI BULUTANA

Setahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 11 Oktober 2012 SMPku mengadakan acara reat-reat ke Bulutana di penginapan Wisata Alam. Pada hari itu, mentari bersinar menyegat yang membuat kita semua kepanasan. Sebenarnya kami semua masih disekolah, namun karena sekolah kami mempunyai lapangan yang tidak beratap, jadi kami harus berbaris di tempat yang panas karena saat itu kami bersiap-siap untuk pergi ke penginapan pada pukul 10.30 WITA, jadi otomatis matahari juga sudah naik. Kepanasan pun membuat kami semakin bersemangat, hingga salah satu temanku yang bernama Exel berteriak,”Ededeeeeeeee….. panasnya poe, bisa ka kenna kanker kulit ini kalo begini. Ada nda yang punya sunblock?” Semua teman-temanku seketika langsung tertawa karena yang berteriak adalah orang berkulit gelap. Ketika kami semua sedang tertawa tiba-tiba guru PKN kami langsung membentak kami, “Woi, kau itu kalo tidak mau ko kepanasan cepat mako baris, janganko cengengesan disitu” Saat itu juga kami semua langsung diam sejenak.
“Kalian ini semua seperti anak TK,
baris pun tidak bisa” bentakan guru PKN ku yang marah karena kami yang tidak berbaris dengan rapi. Setelah berbicara panjang lebar akhirnya kami pun berbaris dengan rapi dan mulai masuk ke bus masing-masing untuk berangkat ke tempat penginapan. Aku juga langsung naik ke bus dan memilih tempat. Aku memilih tempat di posisi tengah dan didekat jendela karena tempat itulah yang paling strategis menurutku.
Sewaktu perjalanan menuju ke tempat penginapan, semua temanku-temanku menunjukkan semangatnya dengan berbagai cara, seperti Thier dan Alfred yang berpura-pura menjadi pemandu wisata kami, ada Ado dan Adi yang bernyanyi dengan “merdu”nya, dan ada juga yang melompat ala-ala PSY di dalam bus. Setelah satu setengah jam kami pun tiba di penginapan Wisata Alam. Sebenarnya aku sudah pernah kesini sebelumnya, karena waktu aku masih kelas dua SMP aku juga pernah reat-reat bersama gereja penginapan. Dan otomatis aku pun sudah menghapal tempat ini, sehingga beberapa temanku menyuruhku untuk menjadi pemandunya, salah satunya Joey yang tiba-tiba bertanya kepadaku “We Abed dimana WCnya? Ndak tahan mak we mau mi keluar ini, sudah kutahan mi dari tadi di bus”. Dengan santai aku mengatakan “Kalo ko mau ke WC ko cari mi dulu kamarmu yang mana baru nanti di dalam kamarmu ada ji WC, ato kalo ndak ada juga di Aula”, tetapi dia langsung membalas dengan wajah datar “We sa ini sudah ndak tahan ko masih suruhka cari kamar, ada ndak WC yang paling dekat?”, “Ada ji (menunjuk ke arah kiri) tapi rantasa sekali itu WC, kalo ko mo masuk sa yakin ko muntah cium “aromanya” jawabku. “Eeh biarmilah yang penting sa bisa pigi WC”, menjawab sambil berjalan menuju WC yang kutunjukkan.
Setelah aku menemukan kamarku akupun langsung pergi ka Aula untuk mengikuti pengarahan, setelah mengikuti pengarahan, aku makan, mandi, lalu mengikuti sesi pertama dan kedua, lalu istirahat. Keesokan harinya, setelah senam pagi, dan mandi aku berjalan-jalan di sekitar penginapan karena saat itu masih free time, dan didepan tempat penginapan tempatku itu ada bus, dan ternyata Exel, dan temannya yang bernama Resco memanjati bus itu dan berjoget diatasnya. Untungnya, hanya mereka yang naik, karena kalu Julian yang naik atap busnya mungkin bisa roboh.
Beberapa saat kemudian kami semua telah dipanggil lagi untuk makan lalu mengikuti sesi tiga dan empat. Tak terasa sesi tiga dan empat selesai, kami bermain beberapa games yang menyenangkan dan diantara semua games ada satu games yang harus diikuti olehorang kecil, dan aku menjadi sasarannya. Setelah games, kami diberikan free time sekitar tiga jam untuk mempersiapkan talent show pada malam hari nanti. Kelompokku membuat yel-yel yang sangat awkward jika dilihat, dan kelompokku membuat drama tentang Yusuf yang di goda oleh istri Potifar. Saat talent show, ada berbagai penampilan yang menarik, dan mengocok perut. Setelah talent show kami pun langsung kembali ke kamar masing-masing. Tetapi aku melihat sesuatu yang aneh karena temanku yang bernama Jona yang sebenarnya aktif, menjadi sangat pendiam. Aku pun mendatanginya, dan memanggilnya “We… kenapa ko? Sakit ko?”  Dia hanya duduk bermain PSP dengan tatapan kosong. Hal itu membuatku sedikit merinding, lalu aku bertanya pada Arif “We Arif kenapa ki itu Jona? Dia kayak pasif sekali dari tadi we, ndak biasanya ki begitu”. “Ohhh, Toto tadi cerita sama saya kalo dia sama Jona beng liat penampakan di busnya mereka, tapi itu Toto pas dia cerita dia kayak ndk takut” jawab Arif.
Akupun sedikit kaget dan berkata “Ooo pantas shock ki itu Jona sampe duduk main PSP ji”. Setelah mendengar cerita dari Arif, aku pun langsung menemui Toto dan bertanya “We betulanko tadi waktu ko lewati ini, ko sama Jona liat penampakan?”. Dengan semangat Toto menjawab “Io we, tadi waktu sa sama Jona lewat situ bus sa tiba-tiba liat kayak ada laki-laki pake baju putih lagi tidur membungkuk ke stir didalam busnya, tapi pas kita liat baik-baik di pintunya, dak ada ji orang”. Setelah mendengar cerita Toto, aku juga mulai ketakutan, dan tidak hanya aku teman-temanku yang lain juga merasa gelisah setelah mendengar cerita itu. Lalu aku dan teman-temanku bertanya pada Toto kenapa hal itu terjadi, dan dia menjawab “Sebenarnya toh, saya sma Jona waktu itu pernah bicara-bicara sembarang di depan ini Bus baru sa sama Jona juga pernah lempar-lempar batu ke sini bus, jadi mungkin penunggunya marah.”. “Emdedeee pastimi gara-gara itu, kau ka juga kenapa lempar-lempar batu” teriak Arif. “Tidak papa, ini kan bisa bikin kita punya reat-reat tambah meriah” jawab Toto sambil tertawa. Lalu kami semua memutuskan untuk memberanikan diri untuk pergi ke bus itu lagi beramai-ramai. Dan apa yang kami lihat? Kami juga melihat sesosok pria dengan baju putih lengan panjang sedang tidur membungkuk kea rah stir di dalam bus. Tetapi “Astaga, ada ki betulan weeeeeee”teriak salah satu temanku, tetapi tiba-tiba temanku yang lain lagi berteriak “Wee kau juga ini, liat ko baik-baik, itu bukan orang, tas putih sama tas hitam ji itu yang bentukna kayak orang lagi tidur” . Aku dan teman-temanku pun langsung tertawa terbahak-bahak setelah melihat hal tersebut. Lalu kami menceritakannya pada Jona, dan Jona pun akhirnya merasa lega. Keesokan harinya, setelah mandi dan makan, kami pun berkemas, lalu pulang kembali ke sekolah.

AbedTh

No comments:

Post a Comment